Senin, 10 Juni 2013

Lele Phyton

Lele phyton adalah varietas lele unggulan baru yang datang dari Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Lele ini adalah varietas baru pengganti lele dumbo setelah lele sangkuriang.
Penggunaan induk yang tidak terkontrol membuat lele dumbo punya banyak kelemahan, mortalitas (tingkat kematian) benih yang tinggi dan tidak optimalnya produksi cuma sedikit dari kelemahan lele dumbo, dan hal-hal inilah yang melatarbelakangi dikembangkannya lele phyton sebagai varietas lele unggulan baru.
Beberapa waktu lalu, pemerintah baru saja merilis lele sangkuriang sebagai varietas lele unggulan. Lele phyton muncul dengan kualitas yang tak kalah bahkan bisa dibilang lebih baik dibanding lele sangkuriang. Bedanya hanyalah bahwa lele sangkuriang hasil riset laboratorium sementara lele phyton murni berdasarkan ‘coba-coba’ yang dilakukan oleh kelompok pembudidaya yang belajar secara otodidak.
Kualitas lele phyton juga diakui oleh Kasubdin Perikanan Budidaya Provinsi Banten, Wahjul Chair. Menurutnya, berdasarkan hasil pengujian ilmiah, lele phyton memang punya kualitas yang setara dengan lele sangkuriang. “Meski lele phyton ditemukan oleh pembudidaya namun kualitasnya boleh diadu dengan lele sangkuriang yang ditemukan dari laboratorium,” puji Wahjul.
Beberapa bukti keunggulan lele phyton dibandingkan dengan lele sangkuriang dapat dilihat dari konversi pakannya. Lele phyton memiliki FCR (Food Convertion Ratio) 1:1, maka satu kilogram pakan yang diberikan kepada lele phyton juga akan menghasilkan sekilo daging. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan FCR lele sangkuriang yang ‘hanya’ 1:0,81.
Keunggulan lain dari lele phyton adalah soal rasanya. Lele phyton amat aktif bergerak sehingga memiliki rasa daging yang lebih gurih karena kandungan lemak yang lebih sedikit. Lele phyton juga berpenampilan lebih menarik karena lebih langsing dibanding pendahulunya – lele dumbo – yang berpenampilan tambun.
Latar belakang ‘ditemukannya’ lele phyton adalah karena benih lele yang diambil dari daerah lain memiliki tingkat kematian yang tinggi dan kurang mampu beradaptasi di desa Banyumundu yang bersuhu dingin. Hal ini yang menjadikan Wawan, Ketua kelompok pembudidaya ikan air tawar Sinar Kehidupan Abadi, mencari cara untuk mengembangkan lele asli pandeglang yang cocok dengan iklim daerah itu. Setelah hampir dua tahun melakukan percobaan trial and error, lahirlah lele phyton pada 2004.
Wawan menjelaskan, lele phyton dihasilkan dengan menyilangkan induk eks Thailand generasi kedua (F2) dengan induk lele lokal. Digunakannya induk lele lokal dalam proses persilangan kemudian menghasilkan keunggulan lele phyton yang lain, yaitu kemampuan adaptasi terhadap iklim dingin yang dimiliki kabupaten Pandeglang. Kemampuan adaptasi tersebut membuat tingkat mortalitas lele phyton sangat rendah. “Survival Rate (SR/tingkat kelangsungan hidup) lele phyton bisa jadi di atas di atas 90%,” kata Wawan yakin.
Kemampuan adaptasi lele phyton bukan sekedar berguna untuk daerah dingin, untuk daerah beriklim panas lele phyton punya kemampuan adaptasi yang luar biasa. Kualitas lele phyton menjanjikan keuntungan yang terus menerus karena tingkat kelangsungan hidupnya yang tinggi.
Menurut perhitungan kami, dengan modal awal Rp 675 ribu, pendapatan pembudidaya bisa mencapai Rp 1,134 juta. Itu artinya ada keuntungan sebesar 450 ribu per kolam dengan 1000 lele untuk 40 hari siklus lele phyton.
Untuk detilnya, untuk satu kolam dengan 1.000 ekor benih tebar dan harga benih Rp 225/ekor, maka dibutuhkan Rp 225 ribu untuk pengadaan benih. Kemudian selama 40 hari pemeliharaan dibutuhkan satu kwintal pakan dengan harga sekitar Rp 4.500/kg. Itu artinya dibutuhkan Rp 450 ribu untuk pengadaan pakan. Jadi total modal yang perlu disiapkan oleh pembudidaya Rp 675 ribu.
Setelah 40 hari pemeliharaan, panen yang akan diperoleh mencapai 900 lele dengan asumsi survival rate 90%. Dengan berat lele 120 gram per ekor, akan didapatkan 108 kg lele per kolam. Dengan harga jual Rp 10.500/kg, pendapatan yang dikeruk pun mencapai Rp 1,134 juta. Jadi, keuntungan yang bisa diperoleh mencapai sekitar Rp 450 ribu/siklus. Itupun baru dari satu kolam.
“Yang membuat budidaya lele phyton semakin besar peluangnya adalah masih minimnya pasok ikan lele. Di Banten saja kebutuhannya yang mencapai 7 ton/hari belum terpenuhi,” kata Wawan. Kesimpulannya, buat anda yang ingin dipatuk keuntungan budidaya, lele phyton adalah pilihan yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...